Posts

Showing posts from November, 2015

Franky & Jane Biarkan Hujan

Datanglah kekasih Biar pun hari hujan Cinta kan megiringimu Dengan kehangatan Bawa saja Seluruh kerinduanmu Hujan pun tahu kita bertemu Langkahkan kakikmu Sepenuh irama Biarkan jejakmu Membekas di jalan Buka saja mantelmu Basahkan tubuhmu Hujan pun tahu kita bertemu Para muda kasmaran Mari berkabung Didalam cinta menembus Mendung Basahkan basahkan seluruh badan Tinggalkan semua beban Bebaskan pundakmu Arahkan kakimu hanya padaku Music : Langkahkan kakikmu Sepenuh irama Biarkan jejakmu Membekas di jalan Buka saja mantelmu Basahkan tubuhmu Hujan pun tahu kita bertemu Para muda kasmaran Mari berkabung Didalam cinta Menembus mendung Basahkan basahkan Seluruh badan Tinggalkan semua beban Bebaskan pundakmu Arahkan kakimu hanya padaku

Franky & Jane Balada Wagiman Tua

Wagiman tua menatap jauh Duduk bersandar pada tangannya Kampung halaman Terbayang sepanjang jalan Dalam ferry yang merapat Ke Tanah Jawa Delapan tahun ia tak pulang Kerinduan itu terus memanggil Pada desa yang terpaksa i a tinggalkan Karena tak memberikan l agi harapan Angin bertiup Melemparkan gelombang Buih di buritan melepaskan kapal Wagiman tua me Hela napas panjang Harapan dimana mana t ernyata hampa Wagiman tua beranak lima Menggarap tanah bersama sama Namun panen hanya idaman saja Tumbuhan mengering letih sedih Music : Ferry merapat mengikatkan tambang Penumpang turun menjinjing bawaan Wagiman tua tertegun melihat desanya Kini tenggelam ditelan air bendungan Delapan tahun ia tak pulang Kerinduan itu terus memanggil Pada desa yang terpaksa ia tinggalkan Karena tak memberikan lagi harapan

Franky & Jane Perjalanan

Dengan kereta malam Ku pulang sendiri Mengikuti rasa rindu Pada kampung halamanku Pada ayah yang menunggu Pada ibu yang mengasihiku Duduk dihadapanku seorang ibu Dengan wajah sendu sendu kelabu Penuh perasaan haru ia menatapku Penuh perasaan haru ia menatapku Seakan ingin memeluk diriku Ia lalu becerita tentang Anak gadisnya yang telah tiada Karena sakit dan tak terobati Yang wajahnya mirip denganku Yang wajahnya mirip denganku Music : Duduk dihadapanku seorang ibu Dengan wajah sendu sendu kelabu Penuh perasaan haru ia menatapku Penuh perasaan haru ia menatapku Seakan ingin memeluk diriku Ia lalu becerita tentang Anak gadisnya yang telah tiada Karena sakit dan tak terobati Yang wajahnya mirip denganku Yang wajahnya mirip denganku

Franky & Jane : Musim Bunga

Disuatu perkampungan bunga Dimusim petik indah warnanya Menghias rumah halaman rakyat Ramai ramai perempuan desa Dengan keranjang di atas kepala Burung burung yang berkicauan Menemani mereka memetik bunga Senyum beberapa wanita Yang menjepit bunga di rambutnya Music : Ramai ramai perempuan desa Dengan keranjang di atas kepala Burung burung yang berkicauan Menemani mereka memetik bunga Senyum beberapa wanita Yang menjepit bunga di rambutnya

Franky & Jane Kepada Angin Dan Burung Burung

Kepada angin dan burung burung Matahari bernyanyi Tentang daun dan embun jatuh Sebelum langit terbuka Kepada angin dan burung burung Ku nyanyikan lagu ini Tentang asmara yang biru Yang mewarnai lukisan di dinding Sebuah hati tanpa pigura Tergantung sendiri dan berdebu Music : Kepada angin dan burung burung Mengerti irama ini Seorang lelaki yang merindukan Matahari terus bernyanyi Apakah angin tetap bertiup Bersama jatuhnya daun Apakah burung akankah tetap terbang Di langit yang terbuka 

Franky & Jane Panen Telah Datang

Sekumpul petani di sawah Sedang memetik padi Kadang berdiri Kadang membungkuk Memakai topi lebar Keringat jatuh kaki berlumpur Mereka memetik terus Karena seribu padi yang kuning Menanti untuk disentuh Burung bangau terbang menari Gembira melihat ke bawah Anak desa telanjang dada  Duduk di persimpangan Petak sawah Sambil bermain harmonika Music : Keringat jatuh kaki berlumpur Mereka memetik terus Karena seribu padi yang kuning Menanti untuk disentuh Burung bangau terbang menari Gembira melihat ke bawah Anak desa telanjang dada  Duduk di persimpangan Petak sawah Sambil bermain harmonika

Ebiet G Ade - Zaman

Lelaki yang tersuruk Diketiak angin Langkahnya terhambat Gamang dan serba canggung Gugup terbata bata Hilang percaya diri Meski bersikeras tegak Nampak tak ada daya Wajahnya yang tampan Bahkan terlalu manis Ditambahi polesan Lengkaplah kegagalan Jalan lenggang gemulai Enteng seperti kapas Tak tercermin sikap jantan Sebagaimana kodratnya lelaki Dia bersembunyi Menyimpan tangis Yang tak kuasa dibendung Dia jatuh cinta Namun keburu sadar Itu tak wajar Tanda tanya bergolak Didalam pikirannya Berdosakah sedang ia pun Tak menghendaki Siapa gerangan Yang dapat membantu Menjawabnya Music : Perempuan dongak di atas angin  Kepalanya bengkak Penuh mimpi kekerasan Tubuh sintal dan tegap Menampilkan kejantanan Tak tercermin sikap lembut Sebagaimana kodratnya Rambutnya yang kasar Kotor berdebu Dihisapnya cerutu Bibirnya terbakar Langkah dihentak hentak Galak seperti singa Dia ingin tampil le

Ebiet G Ade - Yang Terluka

Tersentak dari lamunan Ketika kau datang Seingatku cukup lama Engkau sembunyi Garis wajahmu berubah Tak seperti dulu Murung dan tak bergairah Kehilangan sinar kehilangan binal Kuku jari ini terkepal Entah genggam apa Katup mulutmu terkunci Entah simpan apa Bola mata dingin pudar Diam tak terbaca Desah napasmu tersumbat Kehilangan getar kehilangan debar Coba katakanlah kepadaku Aku masih sahabatmu Derita apakah gerangan Yang engkau alami Yang engkau hadapi Bukan karena cinta tentunya Mungkin karena putus asa Kehilangan percaya diri Kehilangan tempat berpegang Music : Coba katakanlah kepadaku Aku masih sahabatmu Derita apakah gerangan Yang engkau hadapi Bukan karena cinta tentunya Mungkin karena putus asa Kehilangan percaya diri Kenapakah tak engkau coba lain Dari lubuk paling dalam iman Kenapakah tak engkau coba lain Dari lubuk paling dalam iman

Ebiet G Ade - Seraut Wajah

Wajah yang selalu dilumuri senyum Legam tersengat terik matahari Keperkasaannya tak memudar Terbaca dari garis garis di dagu Waktu telah menggilas semuanya Ia tinggal punya jiwa Pengorbanan yang tak sia sia Untuk negeri yang dicintai dikasihi Tangan dan kaki rela kau serahkan  Darah keringat rela kau cucurkan Bukan hanya untuk ukir namamu Iklas demi langit bumi Bersumpah mempertahankan Setiap jengkal tanah Wajah yang tak pernah mengeluh Tegar dalam sikap sempurna Pantang menyerah Tangan dan kaki rela kau serahkan Darah keringat rela kau cucurkan Bukan hanya untuk ukir namamu Iklas demi langit bumi Bersumpah mempertahankan Setiap jengkal tanah Merah merdeka putih merdeka Warna merdeka

Ebiet G Ade - Sejoli Kasih Sarman Dan Lasmi

Sepasang kekasih yang terjerat Lingkaran cinta yang menggebu Setiap kali mereka sempat bertemu Rindu hanya mengalir lewat pandang Di sudut jantung yang kering tandus Cinta sejati telah dipatri Meskipun selalu dibelenggu waswas Suatu saat mereka dipisahkan Sarman hanya punya cinta setulusnya Untuk Lasmi gadis ikal mayang Mereka berdua telah sepakat  Membuka ladang cinta yang muskil Sarman hanya buruh pekerja kasar Lasmi puteri pejabat negeri Bertekad membina kasih bersemi Menyeberangi takdir berjalin jaring Seperti petir ditengah hari Ada kabar yang enggemparkan Sarman dengan penuh kejantanan Melamar Lasmi si gadis impian Sungguh sungguh diluar dugaan Pejabat negeri tak keberatan Berlangsunglah pesta sederhana Dengan segala hikmat dan suka cita Sarman hanya punya cinta setulusnya Untuk Lasmi gadis ikal mayang Mereka berdua telah sepakat  Membuka ladang cinta yang muskil Sarman hanya buruh pekerja kasar Lasmi pute

Ebiet G Ade - Rindu Selintas Bayang

Mengapa dadaku Terasa berdebar debar Ketika engkau menatapku Jiwaku terasa terbang melayang Ku pejamkan mata dan ku usir Bayang bayang wajahmu Sambil terus aku mencoba Menerka apakah keinginanmu Mengapa engkau pergi Saat aku mencoba  Menghampirimu dengan gemetar Nyaliku telah rebah terkapar Tolong beri aku isyarat Harus terus ataukah menyerah Jangan biarkan aku terjerembab Kedalam ketidak pastian Semakin jauh aku pergi Semakin terasa rinduku Malamnya angin tak berhembus Datang ke arahku Seiring berlalunya waktu Ku bertanya kepada ilalang Haruskah aku mencarimu Ataukah mesti aku lupakan Mengapa semua terasa menyakitkan Mungkin aku yang tak tahu diri  Tenggelam didalam mimpi siang hari Hohohohohohoho...hohohohohohoho Semakin jauh aku pergi Semakin terasa rinduku Sungguh aku rindu Aku rindu aku rindu Seiring berlalunya waktu Ku bertanya kepada ilalang Dimanakah engkau aku rindu Aku rindu aku rindu

Ebiet G Ade - Potret Hitam Putih

Coba kalian dengar lagi Satu cerita dariku Adalah seseorang bersiul riuh Tak menentu Dia hanya ingin Membuang deburan resah di hati Dia hanya ingin Melepas dendam Panas membakar sepi Setelah lepas SMA Terpaksa jadi anak jalanan Digantungkan rindu bangku bangku Pada malam hening dan bisu Dibayangkan kawan sebaya Telah pada sarjana Sedang baginya bertumpuk beban Tak seranta dirampungkan Tak pelak lagi adalah si bungsu Jalan tertatih tapi tak ada ragu Sekarang ia coba bernyanyi Bagi siapa saja bagi bapak ibunya Bagi kakak kakaknya Bagi semua kerabatnya Bagi kekasihnya bagi semua Ia senandungkan tentang keindahan Tentang kekotoran tentang kelicikan Tantang kejantanan Tentang kehidupan lalu cinta Masih ada saja Yang belum ditemukan Music : Coba mari kita simak lagi Apa yang tengah dikerjakan Sanggupkah ia melintas Menentang arus yang deras Tak ada salahnya bila kita Turut berdoa  Agar terkuak hamb

Ebiet G Ade - Pesta

Pada sebuah pesta Aku kehilangan sesuatu Bukan yang nampak dimata Tapi yang ada di dalam Kalian pasti menyangka Aku jatuh cinta Bukan itu yang ku maksudkan Aku kehilanagn diriku Pada sebuah pesta dansa Aku merasa hilang Langit langit seperti berputar Hem berputar Aku seperti bayi Yang serba tak mengerti Music : Ketika seorang dara Memaksaku berdansa Aku merasa geli sendiri Sebab itu tak mungkin Apa lagi cara berdansa Mana mampu kulakukan  Sedang menyentuh Kulit perempuan Aku tak berani Pada sebuah pesta dansa Aku jadi teringat Waktu ibuku di kampung Menumbuk padi Sebab musik berdetak Seperti lesung ditalu

Ebiet G Ade - Nyanyian Rindu Untuk Ibu

Tubuhmu yang terbungkuk Tersandar lemah Di kursi kayu tua Jemari kurus terkulai Menggenggam pena Engkau goreskan sajak Sisa rambutmu perak Tinggal segenggam Terbaca pahit kerasnya Perjalanan Nampaknya ingin kau tumpahkan Seluruhnya didalam puisi Dari alis matamu terbentuk Garis guratan kokoh jiwa Angin yang deras menghempas Tak kau hiraukan Batinmu kuat bertahan Meskipun raga semakin rapuh Tak pernah risau Selalu tersimpul senyum Sepantasnyalah Ku jadikan suri teladan Potret perjuangan Hohoho...ibu ada yang ingin Ku tanyakan padamu Hasil panenan kemarau ini Sesubur panen Yang kita petik bersama Hohoho...ibu apa kabar Sawah kita sepetak Masih bisakah kita tanami Atau terendam ditelan jaman Setelah cucumu lahir Aku jadi lebih paham Betapa beratnya Membesarkan dan setia melindungi Semua anak anakmu Kita yang selalu hidup sederhana Kau sanggup mengasuh Hingga kami dewasa Dengarkanlah nyanyian

Ebiet G Ade - Nyanyian Rindu

Coba engkau katakan padaku  Apa yang seharusnya aku lakukan Bila larut tiba wajahmu terbayang Kerinduan ini semakin dalam Gemuruh ombak di Pantai Kuta  Sejuk lembut angin Di Bukit Kintamani Gadis gadis kecil Menjajakan cincin  Tak mampu mengusir Kau yang manis Bila saja kau ada di sampingku  Sama sama arungi danau biru Bila malam mata enggan terpejam Berbincang tentang bulan merah Coba engkau dengar lagu ini  Aku yang tertidur Dan tengah bermimpi Langit langit kamar Jadi penuh gambar Wajahmu yang bening Sejuk segar Kapan lagi kita akan bertemu Meski hanya sekilas kau tersenyum Kapan lagi kita nyanyi bersama Tatapanmu membasuh luka

Ebiet G Ade - Nasehat Pengemis Untuk Istri Dan Doa Untuk Hari Esok Mereka

Istriku marilah kita tidur Hari telah larut malam Lagi sehari kita lewati Meski pun nasib Semakin tak pasti Lihat anak kita tertidur Menahankan lapar Erat memeluk bantal dingin Pinggiran jalan Wajahnya kurus pucat Matanya dalam  Istriku marilah kita berdoa Sementara biarkan lapar terlupa Seperti yang pernah ibu ajarkan Tuhan buat siapa saja Meskipun kita Penggemis pinggiran jalan Doa kita pun pasti ia benarkan Bila kita pasrah diri tawakal Esok hari perjalanan kita Masih sangatlah panjang Mari tidurlah lupakan sejenak Beban derita lepaskan Lalalala...lalalalala Dengarkanlah nyanyi Lalalala...lalalalala Dari seberang jalan Lalalala...lalalalala Usah kau tangisi Lalalala...lalalalala Nasib kita hari ini Tuhan selamatkanlah istri Dan anakku Hindarkanlah hati mereka Dari iri dan dengki Kepada yang berkuasa Dan kelam ditengah gelap malam Hooo...hindarkanlah mereka Dari iri dan de

Ebiet G Ade - Mimpi Di Parangtritis

Engkau terlena dalam pelukan Dingin malam Matamu terpejam Kembang masih erat Kau genggam Butir pasir berterbangan Sinar bulan berkilauan Kau tersenyum dalam diam Kau tertidur makin lelap  Seperti bintang wajahmu gemerlap Ku dekap erat sukmamu Ku selimuti tubuhmu Aku terjaga pekik ombak Laut selatan Matahari pagi di atas puncak Bukit karang Sebatang pohon kering Membelah matahariku Ku bertanya kepadamu ? Mimpi indahkah kau semalam ? Kiranya kini kau telah hilang musnah Sepeti namamu yang ku tulis di pasir Ditelan ombak pantai laut selatan